Kado Terindah Rere
Cahaya
gemerlap bintang memberikan kesan tersendiri untuk seseorang yang sedang di
mabuk cinta. Hembusan angin yang begitu dingin menusuk sukma terdalam.
Tangannya tak henti menulis untaian kata berbentuk diksi. Lagu sendu pun
mengiringi malamnya yang sepi. Seorang gadis cantik jelita duduk dengan
santai di depan notebook kecil berwarna silver, tangannya tak henti
membenarkan kaca matanya yang terlihat begitu besar.
“Derrr..”: Bunyi getar suara
notifikasi masuk.
Tangannya dengan cepat mengambil ponsel yang tergeletak
di atas kasur spring bed berukuran sedang. “Ada yang mau gue omongin besok..”, potongan kalimat yang tertera di layar ponselnya. Dahinya pun berkeriut melihat kalimat
tersebut. Ia pun langsung membuka lock ponselnya dan mulai menuju aplikasi telegram
untuk membaca secara lengkap pesan tersebut.
“Rere....”: Teriak seorang
laki-laki bertubuh tinggi dari balik pintu kamarnya.
“Iya kak, ada apa?”: Tanya gadis
berkaca mata yang bernama Rere. Belum sempat dirinya membaca kelanjutan pesan, ia sudah meletakkan ponselnya kembali di atas kasur dan menghampiri
laki-laki yang berstatus kakaknya.
“Besok ikut kakak ke toko buku ya.”:
Pinta Yoga dengan tersenyum kepadanya.
Rere menatap Yoga curiga “Tumben kakak ngajak aku ke toko buku?”:
Tanya Rere heran dengan tangan yang diletakkan di atas pinggang.
“Pokoknya ikut aja ya.”: Kata Yoga dengan tangan yang mengacak-ngajak rambut Rere seraya meninggalkannya.
Rere pun menutup pintu kamarnya “Aneh banget ka Yoga ini”.
Keesokan
harinya, kampus sudah dipenuhi dengan mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar area taman kampus. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi
seorang Rere. Dikarenakan hari ini tanggal 21 Januari, tepat umurnya menginjak
20 tahun. Namun dari semenjak pagi belum ada yang mengucapkan selamat ulang
tahun kepadanya kecuali para follower di instagramnya yang mengucapkan kalimat
tersebut lewat dm. Satu pun anggota keluarganya belum ada yang memberikannya
ucapan selamat ulang tahun hingga membuat moodnya kurang baik. Dari sejak pukul
07.00 dirinya duduk di taman kampus menunggu sahabatnya, namun sudah dua jam
sahabatnya tak kunjung datang. Dirinya sudah berkali-kali menelpon tapi
nomornya sangat susah untuk dihubungi.
“Semua orang pada nyebelin, katanya
kemarin dia mau ngomong sesuatu sama gue, tapi sampai detik ini pun batang
hidungnya belum juga ada.”: Gerutunya dengan ekspresi wajah yang sangat
kesal dan kaki yang di hentak-hentakan di atas tanah.
Tiba-tiba ponselnya berdering dengan lagu
innonce-Avril Lavigne yang mengiringi getaran tersebut bertanda ada panggilan masuk. “My
Sweetbro”, tulisan yang tertera di layar ponselnya. Tangannya pun langsung
mengklik tombol jawab dengan begitu cepat.
“Halo re, kamu dimana? Ayo cepet ke
tempat parkiran, kakak udah nunggu, kamu kan mau nganter kakak ke toko buku.”: Tanya Yoga dengan
suara serak-serak basah dan agak memaksanya untuk segera menghampirinya.
“Iya ka.”: jawab Rere dengan nada
yang begitu lemas dengan tubuh yang berusaha bangkit dari duduknya. Ia pun
mulai melangkahkan kakinya dengan mood yang kurang baik akibat sahabatnya yang
tak kunjung datang.
Sebuah
mobil sport berwarna silver terlihat begitu elegan di area parkiran kampus yang
cukup luas. Yoga berdiri di sisi mobil tersebut dengan memainkan ponselnya. Rere
berlari menghampirinya dengan cepat karena merasa sudah membuat kakaknya cukup
lama untuk menunggu. Tanpa disadari ada sebuah motor yang melaju kencang
di area tersebut ke arahnya. Rere pun terjatuh dengan tangan yang dipenuhi
memar dan darah. Yoga pun langsung berlari menghampirinya dengan ekspresi yang
sangat khawatir. Seorang pengemudi motor pun turun dan ikut menghampirinya
untuk meminta maaf atas perilakunya.
“Sorry.” seorang pengemudi motor
mengulurkan tangan ke arahnya tanpa melupakan senyum yang tersirat dari
wajahnya meski terhalang oleh masker, namun terlihat matanya agak menyipit
tanda tersenyum.
Rere hanya meringis kesakitan
memperhatikan tangannya yang begitu memar dan mengeluarkan darah. Tak ada satu
pun kata yang keluar dari mulut manisnya kecuali ucapan kata “Aduh” dengan air mata yang perlahan membasahi pipinya.
Yoga pun langsung menggendong dan membawa Rere ke ruang
UKS kampus. Para mahasiswi pun terpana melihat Rere di gendong oleh seorang
laki-laki yang berpenampilan yang begitu cool dan tampan, Rere
memang tidak pernah cerita kepada seluruh temannya kalau ia mempunyai saudara
laki-laki, ia hanya menceritakan tentang keluarganya kepada sahabat dekatnya
yaitu Rino. Sudah 3 tahun Rere bersahabat dengan Rino, mereka menghabiskan
waktu bersama untuk sharing baik itu tentang mata kuliah hingga tentang
keluarga masing-masing. Keduanya pun sudah saling faham tentang karakter
masing-masing sehingga pertengkaran pun tidak sering terjadi kecuali hanya
pertengkaran kecil, seperti keterlambatan atas waktu yang telah mereka tentukan
dan jail yang berlebihan yang sering dilakukan Rino disaat mood Rere kurang
baik. Rino pun sangat mengetahui makanan dan barang favorit Rere, begitu pun
Rere sebaliknya. Teman-temannya selalu menganggap jika mereka berdua itu adalah
sepasang kekasih, tapi keduanya selalu menyangkal bahwa mereka hanya sebatas
sahabat dan tidak lebih.
“Udah ini kita langsung ke toko buku ya.”:
Bujuk Yoga dengan lembut kepada adiknya yang masih meringis kesakitan.
“I...y...a ka.”: Kata Rere dengan
begitu lemas dan terbata-bata akibat rasa perih yang dihasilkan oleh luka
tersebut.
“Sekali lagi gue minta maaf.”:
Pinta seorang laki-laki berjaket hitam dan bermasker abu-abu gelap dilengkapi
kaca mata hitam.
“Iya gak apa-apa.”: Balas Rere
dengan heran melihat penampilannya yang begitu tertutup. Hatinya berkata
bahwa laki-laki tersebut tidaklah asing baginya tapi siapa.
“Yaudah gue duluan ya.”: Laki-laki
tersebut meninggalkan ruangan dengan langkah yang begitu cepat.
“Itu siapa sih ka?”: Tanya Rere
penasaran dengan tingakh anehnya.
“Enggak tau sih, ayo kakak bantu untuk
berdiri dan berjalan ya.”: Kata Yoga dengan tersenyum dan begitu lembut
perlakuannya kepada adiknya tersebut.
Ribuan
buku yang berderet di atas rak yang berwarna-warni memenuhi ruangan tersebut. Sebuah
toko buku dengan gaya yang sangat berbeda dari biasanya. Toko buku tersebut
terlihat sangat artistik dan elegan. Sebuah toko buku yang sangat pas untuk
para pecinta seni. Buku tersusun sesuai kontennya mulai dari buku anak-anak
hingga buku anak dewasa. Tak lupa juga pemilik toko tersebut membedakan antara
buku fiksi dan buku non fiksi. Dinding-dinding toko dihiasi dengan
lukisan-lukisan abstrak yang bernilai tinggi. Di sudut toko tersebut ada sebuah
ruangan berukuran sedang yang terlihat begitu lucu, meja dan kursi yang
berwarna-warni membentuk lingkaran dan belasan balon love berwarna
pink dan ungu menghiasi setiap meja tersebut. Belum sempat kakinya sampai ke
ruangan tersebut, tiba-tiba lampu toko tersebut padam dan membuatnya kaget
bukan main. Tangannya mulai meraba-raba ke sekelilingnya mencari keberadaan
kakaknya yang ia ketahui tadi ada disampingya. namun tangannya tak menemukan
siapa-siapa. Tanpa ia sadari ada sebuah tangan menutupi matanya dan mulai
menuntun jalannya untuk mengikuti arahannya.
“Happy brithday Rere.”: Teriak
semua orang yang ada di ruangan tersebut bersamaan dengan nyalanya lampu. Suara terompet dan serpihan-serpihan kertas berterbangan menghiasi
suasana ruangan tersebut. Gelak tawa diantara mereka pun muncul melihat ekspresi
Rere yang begitu kaget.
“Ka..li..an.”: Kat Rere haru
seraya air mata bahagia jatuh dari matanya. Ia tidak pernah menyangka bahwa
semua orang yang ia sayangi akan membuat sebuah kejutan yang sangat spesial di
umur yang ke-20 tahunnya. Namun sayang, matanya tak mendapati sahabatnya ada
diantara orang-orang tersebut. Matanya berusaha mencari keberadaan sosok
tersebut ke segala penjuru ruangan.
“Rere.”: Seorang laki-laki berjalan
tepat di belakangnya dengan begitu santainya menghampirinya, mengenakan jaket
hitam persis yang dipakai oleh orang yang tidak sengaja menambraknya tadi.
“Rino.”: Kata Rere seolah tak
percaya.
“Jadi tadi loe yang nabrak gue.”: Kata Rere dengan nada sinis dan memukul tangan Rino.
“Maaf Re tadi gue ga sengaja beneran.”:
Mohon Rino dengan tersenyum manis ke hadapan Rere.
“Dan gue mau ngomong sesuatu sama loe
sekarang.”: Tangan Rino meraih tangan Rere, ia pun duduk di hadapan Rere
untuk mengungkap suatu hal yang sangat penting,
“Gue tahu kalau kita itu udah sahabatan
sampai 3 tahun, gue juga tahu kalau gue itu bukan orang pertama yang ngisi hati
loe, tapi gue mau jadi yang terakhir buat ngisi hati loe yang kosong Re.”: Kata Rino tulus.
Rere hanya terdiam sejenak kemudian
tersenyum kepada Rino.
“Untuk yang terakhir kalinya gue
mau loe jadi seseorang yang lebih dari sahabat.”: Pinta Rino sekali lagi
kepada Rere.
“Oke gue mau, tapi loe harus teriak
sekencang-kencangnya bahwa kalau loe itu beneran cinta sama gue.”: Kata Rere dengan tertawa kecil.
“Loe mah ngerjain gue ya.”: Kata Rino bangkit dari duduknya.
“Enggak kok, ayo lakuin!”: Paksa
Rere dengan tertawa geli.
“RERE GUE CINTA BANGET SAMA LOE”
“Prok...prok..prok.”, tepuk tangan
dan tertawa dari para pengunjung toko tersebut menambah suasana meriah acara
tersebut. Rere tak henti tertawa melihat tingkah Rino yang mau menuruti
perkataannya. Bagi Rere statusnya yang kini berubah menjadi pacar Rino adalah
kado terindah yang ia dapatkan di umurnya yang menginjak dewasa tersebut.
Akhirnya kedua sahabat tersebut menjadi
sepasang kekasih. Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini selagi masih
ada usaha untuk mencapainya. Rasa yang mereka pendam selama ini akhirnya dapat
diungkapkan di suatu momen yang sangat romantis dan berkesan. Bukti ketulusan
cinta dan saling menerima akan menjadi penguat untuk suatu hubungan. Karena
cinta tak cukup diungkapkan lewat kata-kata tapi harus direalisasikan lewat
tindakan.
Uhuy
BalasHapus