[2] Bahagia?



"Bahagia itu tanggung jawab siapa?" tanyaku kepadamu.

"Menurutmu?"

"Ih ko balik nanya sih? aku kan mau tahu pendapatmu" 

"Bahagia itu tanggung jawab kamu,"

"Hah? ko aku?"

"Ya jelas kamu"

"Kenapa bisa aku?"

"Terus kalau bukan kamu siapa?"

Aku sedang mencerna semua yang dikatakanmu.

"Karena kamu yang bertanya, tentu kamu-lah jawabannya"

Aku semakin tidak mengerti dengan ucapanmu. Kamu suka sekali membuat orang lain berpikir keras. Kebiasaan.

"Manusia sering kali merasa bahwa bahagia bukan tanggung jawab pribadi. Mereka suka sekali menggantungkan bahagia kepada orang selain dirinya. Entah kenapa harus seperti itu?"

"Manusia merasa bahwa orang selain dirinya dapat membuatnya lebih bahagia"

"Omong kosong, tidak ada orang yang bahagia karena orang lain jika dia belum bisa membahagiakan dirinya sendiri"

"Buktinya banyak yang senang dan tertawa"

"Senang dan tertawa bukan tolok ukur seseorang bahagia. Begitu pun sedih dan kecewa bukan tolok ukur seseorang menderita."

"Yang tampak seperti itu"

"Bahagia tidak melulu berbicara sesuatu yang nampak"

"Lalu sesuatu yang ghaib gitu? ngaco kamu"

"Jadi kamu sudah bahagia belum?

Aku terdiam. Pertanyaan yang tampak mudah untuk dijawab, tetapi nyatanya cukup sulit. Harus mengumpulkan keberanian untuk menjawabnya. Harus memastikan dengan sebenar-benarnya bahwa jawabannya adalah apa yang aku rasakan selama ini. Harus....

"Jadi kamu sudah bahagia belum, Na?"

Kali ini aku memilih untuk tidak menjawabnya. Aku harus memastikan segalanya terlebih dahulu. Aku tidak mau terus-menerus memakai topeng demi menyenangkan orang lain. 

"Lain kali aku akan jawab pertanyaanmu"

Kamu tersenyum tipis, sepertinya kamu tahu maksud dari ucapanku tersebut.  



Karya: 🌖

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan; Sebuah Permulaan

[1] Gelap?