Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

[CeritaHariIni (1)] Ikhlaaaaas yaaa...

Gambar
Ikhlas, katanya kata yang paling sulit dilakukan oleh manusia. Memang benar sih, kadang kalau mau ikhlas itu harus dipaksa dulu sampe ngelus dada berkali-kali dan ngomong dlm hati "gpp, ikhlas-ikhlas-ikhlas". Tapi masa mau selamanya kayak gitu sih? Tiap apa-apa harus maksa hati buat ikhlas padahal aslinya boro-boro. Ah, katanya kalau sesuatu yang dilakukan berkali-kali biasanya kesananya jadi kebiasaan dan biasa. Tapi kalo perkara ikhlas, beda cerita. Ikhlas itu bukan perkara kebiasaan tapi keinginan. Kalo kita ngelakuin ikhlas berkali-kali tapi gaada keinginan buat beneran ikhlas, itu percuma aja sih. Ya mungkin Allah catat amal baiknya karena usahanya, tapi kedepannya apakah hati kita akan baik-baik saja jika terus menerus berpura-pura? Eit kok jadi tambah ribet ya, perkara ikhlas aja sampe berurusan sama hati segala. Ikhlas bisa kita latih kok gais. Ngelatihnya ga gampang sih. Mesti nyesek dulu yang nyeseknya sampe banget banget gtu. Apalagi kalo kita punya karakter yang s

Menyempurna menuju-Nya

Gambar
Kematian sangat dekat bahkan kita sebagai manusia tak pernah sedikit pun tahu kapan ajal itu akan menjemput. Sebagai manusia hanya bisa menabung amal untuk bekal di kehidupan selanjutnya, kehidupan yang lebih kekal. aku masih ingat bagaimana parasnya, sikapnya, kebaikannya. Ia adalah sosok sederhana yang bekum bisa aku contoh. Hal yang paling aku ingat, ia selalu mengobrol dengan cucunya, bercerita tentang semua kisah yang menurutku saat itu sangat menarik. Tapi sayang saat itu aku masih muda, ingatanku tidak kuat, ingatanku tidak bisa mengingat secara jelas kisah apa yang diceritakannya sehingga berhasil membuat kami, para cucunya, sangat menantikan momen-momen tersebut. aku tidak benar-benar tahu bagaimana keadaannya sekarang. Yang aku tahu ia pasti sudah tenang dan bahagia di sana. aku tidak meminta-Nya untuk mengembalikannya kepada kami, karena ia milik-Nya dan sudah waktunya kembali kepada-Nya. Saat ini aku hanya berharap semoga petuah-petuahnya dulu selalu mengingatkanku bahwa ki

"aku tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya? Tapi aku pernah merasakannya"

Gambar
aku tidak tahu bagaimana rasanya? aku hanya sebatas melihat, mendengar dan memperhatikan. aku tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya? Apakah sangat sakit? Benar-benar sesak? Bahkan hampir bingung apa yang harus dilakukan untuk meredamnya? aku hanya sebatas melihat. Namun jika berbicara kehilangan, aku pernah merasakannya, bukan hanya aku, mungkin kamu atau mereka pun pernah. Tapi aku tidak tahu apakah kadar rasanya sama? Antara aku, kamu dan mereka? aku tidak pernah tahu itu.  Yang aku ingat rasa kehilangan memang tak pernah bisa menuntut kita baik-baik saja. Terlebih lagi kehilangan seseorang yang memang benar-benar dekat dengan kita, selalu ada untuk kita, menjadi sandaran untuk setiap masalah kita, sosok terbaik dalam perhatian dan segala hal baik yang tak pernah kita balas.  Kehilangan kali ini bukan terpisah jarak antara satu kota, satu daerah, satu provinsi, satu negara. Tapi kehilangan yang terpisah ruang antara dunia sekarang dan dunia setelahnya. Kehilangan ini bukan kehilan